HAMA-HAMA
TANAMAN HORTIKULTURA II
( Laporan
Praktikum Pengendalian Hama tumbuhan )
Oleh
Ismail
Pirdaus
13141211087
Kelompok 7
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan kebutuhan manusia akan bahan pangan dan hortikultura, maka pertanian tradisional di Indonesia mulai berkembang dan lebih dipuerhatikan lagi perkembangannya. Tanaman pangan
merupakan jenis–jenis tanaman yang mengandung karbohidrat,yang merupakan sumber
pangan bagi manusia,sedangkan tanaman hortikultura merupakan tanaman
sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung protein dan lainnya.
Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman dan
menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman berkurang
dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama mempunyai bagian
tubuh yang utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax.
Serangga hama merupakan organisme yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian
ekonomi. Hama dari jenis serangga dan
penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu
perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian
suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati (Harianto, 2009).
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui
Nama Hama penting pada tanaman hortikultura
2.
Mengetahui
Biologi,gejala,dan pengendalian.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat Dan Bahan
Adapun alat yang di gunaka pada praktikum kai ini adalah : Pena, kertas, untuk menulis Nama hama
tanaman hortikultura, gejala serangan dan acc, spesimen ( untuk di lihat dan
gambar ), mikroskop.
Adapun Bahan-bahan yang di gunakan antaralain: gejala
yang di sebabkan oleh ordo Lepidoptera dan diptera adalah: Hama penggulung daun
pisan (Erionota thrax), lalat buah (Bactrocera sp), penggerek
batang mangga (Rhytidodera simulas), ulat jeruk(Pepilio Crespontes),
syimphilid, ulat kantung (Pagodiela sp).
2.1
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum kali ini adalah:
1.
Menyiapakn keenam spesimen yang akan di lakukan
pengamatan
2.
Di lakukan pengamatan terhadap gejala serangan hama
yang telah di siapkan
3.
Di deskripsikan sesuai dengan apa yang di lihat
masing-masing mahasiswa yang melakukan pengamatan.
3.2 Pembahasan
Pembahasn kali ini akan menjelaskan tentang
nama hama-hama pada tanaman horti kultura. Seperti yang kita ketahui kalau
tanaman horti kultura adalah komoditas yang cukup unggul di masyarakat dewasa
ini. Berikut akan di bahas mengenai hama-hama yang dapat menyerang tanaman
hortikultura bagian 2.
3.2.1 Ulat
penggulung daun pisang (Erionota thrax)
Bioekologi
Biologi
dari hama ini adalah kupu-kupu dewasa betina meletakkan telur pada permukaan
bawah daun pada sore atau malam hari secara berkelompok berkisar antara 3-35
butir. Stadia larva terdiri atas lima instar dan pada setiap instar terjadi
penggantian kulit kepala (head capsule). Pupa berukuran 60 mm, berwarna putih
dan dilapisi oleh tepung serta mempunyai belalai (proboscis) yang panjang.
Siklus hama penggulung daun pisang dari telur sampai dewasa (imago) berlangsung
35-39 hari dengan temperature 27-30oC. Serangga dewasa aktif pada sore hari
atau pagi hari dan memakan nectar pisang yang sedang berbunga. Seluruh siklus
hidupnya terjadi di dalam gulungan daun. Makin tinggi curah hujan maka populasi
hama ini makin meningkat (Harjaka dan S. Sudjono. 2005).
Gejala serangan
Kerusakannya
berupa larva yang baru menetas memakan daun pisang dengan membuat gulungan
daun. Gulungan daun dibuat dengan cara memotong sebagian daun, dimulai dari
pinggir daun dan sejajar dengan tulang daun utama serta direkat dengan
benang-benang halus yang dikeluarkan oleh larva . jika makanan atau daun cukup
tersedia maka larva dapat hidup terus sampai membentuk pupa dalam satu gulungan
daun, gulungan tersebut makin lama makin membesar. Tetapi, apabila makanan
kurang tersedia, larva ini dapat pindah ke bagian daun yang lain dengan
membentuk gulungan daun yang baru. Bila populasi hama ini tinggi maka daun
pisang dimakan habis, yang tertinggal hanyalah tulang daun yang tegak dengan
gulungan-gulungan daun yang menggantung.
Pengendalian
Pengendaliannya
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1.
Memangkas
daun yang terserang kemudian dibakar.
2.
Menggunakan
musuh alami seperti Casinaria sp. (parasitoid larva)
3.
Penyemprotan
insektisida berbahan aktif Kuinalfos dan Triklorfon. Insektisida yang bersifat
sistemik akan lebih efektif mengingat ulat daun ini tersembunyi dalam gulungan
daun.
Inang
Inang
ulat ini adalah pada delepah pisang yang berdaun muda dan besar.
3.2.2
Lalat buah (Bactrocera sp)
Bioekologi
Lalat
buah meminiki warna dada (thorax) kelabu, sedangkan perutnya (abdomen) berpita
melintang dengan warna kuning, kepalanya berwarna coklat kemerahan, sayapnya
transparan. Jika dibentangkan lebar sayap sekitar 5 – 7 mm panjang badannya 6 –
8 mm. Jika dilihat dari atas, warna perutnya (abdomen) coklat muda dengan pita
coklat tua melintang. Telurnya putih, bentuknya memanjang dan runcing kedua
ujungnya. Panjang telur 1,2 mm, sedangkan lebarnya 0,2 mm. larva yang muda
berwarna putih. Namun, jika telah cukup dewasa, warna belatung menjadi
kekuningan, panjangnya 1 cm (Matnawy, H. 1989).
Gejala
serangan
Hama
ini menyerang pada fase larva. Batang menjadi bisul. buah yang terserang kecil
dan warnanya kuning. Serangan berat buah menjadi busuk. Gejala awal pada
permukaan kulit buah ditandai dengan adanya noda/titik bekas tusukan ovipositor
(alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya ke dalam buah.
Pengendalian
Pembungkusan
buah saat masih muda dengan kantong plastik, kertas semen, kertas koran, atau
daun pisang.
Inang
menyerang
lebih dari 20 jenis buah-buahan, diantaranya belimbing, pepaya, jeruk, jambu,
pisang, dan cabai merah.
3.2.3
penggerek batang mangga (Rhytidodera simulans)
Bioekologi
Hama
penggerek batang melalui pucuk yang
telah berlubang akibat tusukan hama lain (biasa-nya penggerek pucuk ) dengan
jalan memasukkan telurnya ke dalam jaringan yang yang luka tersebut. kemudian
larvanya makan dan merusak jaringan pucuk sampai batang utama yang menyebabkan
kematian pada batang mangga tersebut. Karena mekanisme serangannya, hama
ini menyebabkan kerusakan yang sangat
berat hingga dapat menghancurkan kebun mangga.
Gejala
serangan
Pada
awal serangan, terlihata adanya lubang yang mengeluarkan kotoran berupa gerekan
seperti serbuk gergaji pada pucuk atau cabang mangga, kemudian cabang yang
menunjukkan gejala tadi akan mengering dan mati. Karena cabang yang mendapat
serangan pertama mati, selanjutnya penggerek menuju kebagian tanaman yang masih
hidupyaitu batangutama sehingga pada batang utama akan timbul lubang-lubang
yang disertai juga dengan keluarnya kotoran. Pada serangan lanjut ini
kese-luruhan tanaman mati (Matnawy, H. 1989).
Pengendalian
1.
Lakukan
monitoring secara cermat dan berkala untuk mengetahui ada tidak nya hama
dan gejala serangannya, terutama pada saat tanaman sedang flush.
2. Hindarkan serangan hama
penggerek pucuk karena serangan hama ini membantu penggerek batang untuk
meletakkan telur, dengan jalan mengendalikan hama penggerek pucuk.
3. Apabila menemukan dewasa hama ini segera
matikan secara mekanis
4. Apabila menemukan
gejala seangannya, segera pangkas bagian tanaman yang terserang kurang
lebih 5 cm di bawah lubang yang masing- masing
mengeluarkan kotoran
segar.
5. Matikan larva penggerek yang ada di
ranting/cabang/batang yang telah
dipotong dengan jalan
membelah bagian tanaman tersebut atau membakarnya.
6. Aplikasi
insektisida pada fase tunas untuk menghindarkan tanaman mangga terserang oleh
perusak pucuk sekaligus menghindarkan serangan penggerek batang.
Inang
Inagn
penggerek yang di amati praktikum ini adalah batang mangga.
3.2.3
Ulat Jeruk (Pepilio crespontes)
Bioekologi
Kupu-
kupu betina meletakkan telur pada daun jeruk lebih kurang 4-9 butir.Stadia ulat
berlangsung selama 20 hari, stadia pupa selama 13 hari. Fase kritis saat
pemantauan populasi dilaksanakan pada daun- daun muda terutama pada
pembibitan karena sangat mempengaruhi pertumbuhan berikutnya.
Gejala
serangan
Hama ini menyerang tanaman dengan memakan daun
terutama pada saat masih muda. Tunas yang terserang, biasanya kelihatan tinggal
tangkai daunnya saja dan bahkan sampai habis dimakan ulat ini.
Pengendalian
Pengendalian yaitu dengan melakukan monitoring
pada tunas-tunas muda (telur), daun muda untuk larva dan daun tua untuk stadia
kepompong. Pengendalian dilakukan secara mekanis apabila populasinya sedikit
yaitu dengan membuang telur yang ada. Apabila populasinya tinggi dapat
dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang bersifat kontak (BPTP
Jatim,2013)
Inang
Tanaman
inang pada pohon jeruk
3.2.4
Symphilid
Bioekologi
Hama symphylids berukuran sangat kecil
(panjang 0,2-1,2 cm), berwarna putih krem dan ditemukan pada semua jenis tanah.
Symphylids (Gambar 2) mempunyai tekstur lunak, dengan tubuh yang bersegmen
sepanjang tubuhnya, biasanya ada 15 – 24 segmen, dengan ujungnya terdapat dua
titik cerci.Segmennya pada bagian dorsal ditutup oleh semacam plat pelindung
dorsal (Untung, K. 2006).
Gejala serangan
Akibat serangan symphilids efisiensi akar
akan terganggu, serapan akar terhadap nutrisi dan air pun berkurang, sehingga pertumbuhan
tanaman terganggu dan tanaman menjadi kerdil
Pengendalian
Metode
pendugaan yang umumnya digunakan dalam sampling populasi hama simphylids pada
tanaman nanasadalah metode ekstraksi langsung dan metode umpan.
Inang
Inang
pada hampir semua jenis perakaran
3.2.6
ulat kantung (pagodiel sp)
Bioekologi
Ulat
kantong biasanya membuat kantong yang diproduksi dari zat kelenjar sutra
sebagai pelingung tubuhnya. Kantong yang panjangnya bisa mencapai 6 cm ini
biasa direkatkan pada bagian tanaman yang diserangnya, seperti daun dan ranting
tanaman kakao. Kantong bagian bawah dilengkapi dengan lubang yang berfungsi
sebagai pembuang kotoran. Jika bagian tanaman di sekitar ulat kantong habis
termakan, ulat bersama kantongnya akan pindah ke bagian tanaman lainnya yang
masih memiliki persediaan makanan yang banyak. (Utomo
et al., 2007).
Inang
Inang
ulat ini adalah hampir semua jenis tanaman namun yang paling sering di
jumpai
adalah pada tanaman singon, mahoni, jambu, jati, dll.
Gejala
serangan
Serangan
ulat kantong ditandai dengan kenampakan tajuk tanaman yang kering seperti
terbakar. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi
lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun.
Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada
tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan.
Pengendalian
Populasi
dan serangan ulat kantong dapat dikendalikan dengan mengaplikasikan insektisida
lambung seperti dipterex dan thuricide. Penggunaan insektisida dari jenis racun
lambung didasari pada alasan karena ulat ini hidup di dalam kantong (Prawirosukarto,
2002)
IV.
KESIMPULAN
Dari
hasil pembahasan yang telah di bahas di atas dapat di simpulkan sebagai
berikut:
1.
Bahwa
hama hortikultura dapat menyebabkan mengalami kerugian yang sangat besar
2.
Telah
di ketahui bioekoloi, gejala serangan dan tanaman inagn masing-masing hama
DAFTAR PUSTAKA
BPTP Jatim. 2013. Teknologi Pengendalian Hama Dan Penyakit. http://jikatrimitra.com.
Diakses pada 5 Mei 2015 pukul 23.55 WIB.
Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum
Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Matnawy,
H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Prawirosukarto, S. 2002. Pengenalan & Pengendalian Hama Ulat
Pada Tanaman Kelapa Sawit. Medan: pusat Penelitian Kelapa Sawit. 5 hal
Untung, K. 2006. Hand Out Kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Utomo, C. Tjahjono, H. dan Agus, S. 2007. Feromon: Era Baru
Pengendalian Hama Ramah Lingkungan Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal
Penelitian Kelapa Sawit. 15(2); 70-75