PENGENALAN ORDO HEMIPTERA, THYSANOTERA, DAN ISOPTERA
( Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan )
Oleh
Ismail Pirdaus
1314121087

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menentukan sebuah hama atau bukan kita dapat melihat
dari pengaruh hama tersebut terhadap responnya terhadap tanaman. Hama banyak
diartikan adalah serangga tetapi apakah serangga dapat dipahami sebagai hama
semua. Untuk mengetahui serangga yang benar-benar menjadi hama perlu dipahami
spesimen-spesimen hama tersebut. Dalam hal ini pengenalan spesimen serangga
diperlukan dalam pemahaman kajian sebuah hama. Spesimen yang akan dipahami
dalam praktikum ini yaitu spesimen ordo hemiptera, isoptera danThysanoptera.
Hemiptera yang memiliki arti Hemi artinya “setengah”
dan pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo
ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap
tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar
serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal
menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis.
Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari
3 stadia yaitu telur ,nimfa , imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang
terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi
sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak
tanaman. (Hidayat, 2000).
Selain serangga dari
ordo hemiptera, serangga dari jenis isoptera dan thysomoptera.
Pada ordo isoptera, kami memakai spesimen pada praktikum ini adalah Rayap, rayap merupakan
serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup rayap terdiri dari: Telur, nympa, dewasa
Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan
adaptasi yang lebih baik dibandingkan serangga lainnya. Kemampuan ini karena
rayap hidup dalam sebuah koloni yang mempu bertahan hidup lama. Dalam setiap
koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta yang dinamai menurut fungsinya
masing-masing:
- Kasta Pekerja
- Kasta Prajurit
- Kasta Reproduksi (Primer : Raja & Ratu
dan Suplementer)
Thrips termasuk ordo Thysanoptera. Pada ordo ini terdapat ovipositor yang berfungsi untuk menusuk dan meletakkan telur kedalam jaringan
tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami
metamorfosis sederhana atau setengah sempurna yaitu mulai dari telur kemudian nimfa atau thrips muda berwarna putih atau kuning baru setelah itu menjadi thrips dewasa sebelum
mengalami dua sampai
empat instar
(pergantian kulit).
1.2 Tujuan
Adapun pada Praktikum ini memliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengenal
dan memahami tentang spesimen ordo hemiptera, isoptera dan Thysanoptera,
2. Menggambar spesimen ordo hemiptera, isoptera dan Thysanoptera,
3. Mengetahui status, morfologi, dan daur
hidup spesimen ordo hemiptera, isoptera dan Thysanoptera,
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang di gunaka pada
praktikum kai ini adalah : Pena, kertas, untuk menulis sup ordo dan acc, cawan
petri (untuk meletakan serangga yang akan di amati)
Adapun bahan-bahan yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah : dari
ordo hemiptera adalah: kepik hijau, assain bug, kutu sisik hijau, kepik
air raksasa, aphid, ordo isoptera adalah: rayap, ordo thysanoptera
adalah: thrips sp.
2.2 Tempat dan Waktu
Praktikum Bioekologi hama tumbuhan dengan judul “Mengenal Ordo hemiptera,
thysanoptera, dan isptera” dilaksanakan di Laboratorium hama dan penyakit
tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada hari jum`at tanggal 24
Oktober 2014 pukul 07.30-09.30 WIB.
2.3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum kali ini adalah:
1.
Menyiapakn keenam spesimen di cawan petri yang akan
di lakukan pengamatan
2.
Di lakukan pengamatan terhadap serangga hama yang
telah di siapkan
3.
Di deskripsikan sesuai dengan apa yang di lihat
masing-masing mahasiswa yang melakukan pengamatan
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hail pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah sebagai beikut:
No.
|
Nama
|
Foto
|
1
|
KepikHijau
Famili : Pentatomidae
Spesies : Nezaraviridula |
![]() |
2
|
KepikPembunuh
(Assasin Bug)
Famili : Reduviidae
Spesies : |
![]() |
3
|
Tirips
Famili :
Thripidae
Spesies : Thripssp. |
![]() |
4
|
Rayap
Famili :
Termitidae
Spesies : |
![]() |
5
|
KutuHijau
Famili :
Coccidae
Spesies : Coccusviridis |
![]() |
6
|
Kutu Aphid
Famili :
Aphididae
Spesies : Aphis sp. |
![]() |
7
|
Kepik Air Raksasa
(Water Giant Bug)
Famili :
Belostomitidae
Spesies : |
![]() |
3.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan di labolatorium hama, di sini
akan di bahs tentang siklus hidup, morfologi, ciri-ciri, dan pengendalian dari
serangga-serangga yang termasuk dalam ordo yang di bahas pada praktikum ini.
3.2.1
Thrips
Morfologi :
Thrips dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetative melalui proses Phartenogenesis, misalnya thrips yang mengalami phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang tembakau. Perkembangbiakan secara phartenogenesis akan menghasilkan serangga-serangga jantan. Menurut Kalshoven (1981) bahwa imago betina Thrips dapatmeletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur sekitar 7 hari.
Siklus hidup thrips:
·
Telur
Telur dari hama ini berbentuk oval atau bahkan mirip seperti ginjal pada manusia, imago betina akanmemasukkka n telurnya ke dalam jaringan epidhermal
daun dengan bantuan
ovipositornya
yang tajam.
Ukurantelurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang
besar, dengan rata-rata
80 butir tiap induk.
Letak
telur
akan
mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian
tanaman tersebut dan
biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur
ini akan
menetas sekitar 3 atau
7 hari setelah pelatakan oleh
imago
betina (Direktorat
Perlindungan Tanaman, 1992).
·
Nimfa
Thrips muda atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada berwarna jernih.
Biasanya Thrips
muda
ini
gerakannya
masih
sangat
lambat dan
pergerakannya hanya
terbatas pada tempat
dimana
diamemperoleh
makanan. Nimfa terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. Sayap baruakan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari ( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).
Nimfa trips instar
pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata
yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum
memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4
mm, kemudian berganti kulit.
Pada instar kedua ini
trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun
atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna
lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir
instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan jerami di
bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih
pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti.
·
Imago
Imago akan bergerak lebih cepat disbanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap yang ukurannya relative panjang dan sempit, imago ini tubuhnya berwarna
kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina dapat bertelur sampai 80 butir yang diletakkannya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. ( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).
Gejala serangan:
Gejala yang terjadi adalah Pada permukaan daun akan terdapat bercak-bercak yang berwarna putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warnaperak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan
kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul. Kotoran-
kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagiantanaman yang
diserang oleh
Thrips ini adalah
pada
daun,
kuncup,
tunas yang
baru saja tumbuh, bunga serta buahcabai yang masih muda ( Setiadi, 2004 ).
Pengendalian :
Pengendalian OPT
bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal,
pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi hama
sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat
dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih
suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak
merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang
tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan
diperlikan cara pengendalian yang tepat. Misalnya dengan Memasang perangkap perekat
hama. Monitoring hama untuk menentukan Ambang Kendali.
3.2.2 Kutu Daun (Aphis sp)
Morfologi :
Berdasarkan hasil
pengamatan, kutu daun (aphis) memiliki ciri morfologi yaitu berwarna putih, mempunyai caput,
thorax, abdomen dan tungkai. Kutu putih memiliki ciri morfologi
yaitu alat mulut menusuk menghisap, ada yang tidak bersayap, dan ada yang
bersayap, nimfa dan imago hidup bergerombol, warna umumnya hijau
atau hijau kehitaman, dan kadang-kadang berwarna coklat. Kutu daun mengalami
metamorphosis tidak sempurna yaitu telur, nimfa, dan imago. Pada fase nimfa,
kutu daun mengalami ganti kulit (molting) sebelum menuju tahap imago (dewasa).
·
Siklus hidup
Siklus hidup kutu daun (aphis) dimulai dari telur yang
menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva
dan hidup selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai
bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago.
Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.
Gejala serangan:
Gejala yang ditimbulkan dari
serangan kutu daun bervariasi tergantung jenis tanaman yang diserang. Serangan kutu daun umumnya
dimulai dari permukaan daun bagian bawah, pucuk tanaman, kuncup bunga, dan
batang muda. Dan kadang kali kutu daun juga dapat berperan sebagai vektor
pembawa virus penyebab beberapa penyakit tanaman,( Agus,S.2010).
Pengendalian :
Pengendalian secara bercocok
tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman
sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin,
ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada
kanopi tunas. Pengendalian mekanis
dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau
dengan menggunakan mulsa, serta membunuh langsung serangga yang ditemukan.
Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus
sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan
parasitoid Aphytis sp. Pengendalian juga dapat melalui
aplikasi insektisida, (Soenandar M. 2010).
3.2.3 Rayap
Morfologi :
Rayap yang di temukan di daerah tropis jumlah telurnya dapa mencapai kurang
lebih 36000 sehari bila koloninya sudah berumur kurang lebih 5th. Bentuk telur
rayap ada yang berupa butiran yang lepas dan ada pula yang berupa kelompok
terdiri dari 16-24 butir telur yang melekat sau sama lain. Telur-telur ini
berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5mm,
(hasan,1986).
Siklus hidup rayap
·
Telur
Telur rayap akan menetas setelah berumur 8-11 hari. Dalam perkembangan
hidupnya berada dalam lingkungan yang sebagian besar diaturdalam koloni dan
terisolir dari pengaru nimfa sesua dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nmfa yang
sedang tumbuh dapat di atur menjadi anggota kasta, yang di perlakukan bahwa
nasib rayap dewasa siap terbang dapat di atur,(Borror,1996).
·
Nimfa
Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian
berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron,(Nandika,2003).
Struktur hidup rayap :
Rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam suatu koloni dengan
pembagian tugas yang efisien. Suatu koloni rayap terdiri atas kasta reproduksi
(jantan dan ratu) dan non reproduksi (kasta prajurit dan pekerja). Rayap kasta
reproduksi berperan dalam pembentukan dan penyebaran koloni. Rayap kasta
prajurit bertugas menjaga sarang dan anggota koloni dari hewan-hewan
pengganggu. Rayap kasta pekerja bertugas dalam merawat telur dan nimfa, membuat
dan memelihara sarang serta mencari dan memberi makan untuk seluruh anggota
koloni (Krishna, 1969).
Kasta rayap terbagi menjadi 3 yaitu:
1.
Kasta reproduksi
Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu rayap betina
(yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang bertugas hanya utuk bertelur dan
jantan(raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tidak sepenting
ratu jika di bandingkan dengan lamanya ia bertugas karna sekali kawin, betina
dapat menghasilkan ribuan telur, dan seperma dapat di simpan oleh betina dalam
kantong khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak di perlukan kopulasi
berulang-ulang. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif
berukuran besar sehigga di sebut ratu (Putra, 1994).
2.
Kasta prajurit
Kasta ini di tandai dengan bentuk
tubuh yang kekar karna penebalan kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka
tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir
mudik diantara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makannan. Setiap
ada gangguan dapat di teruskan melalui “suara” tertentu sehingga
prajurit-prajurit begegas menuju sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika
trowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan
pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur
melawan semut-semu, walaupun mereka umumnya kalah karna semut lebih lincah
bergerak dan menyerang. Tapi karna rayap biasannya di lengkapi dengan mendibel
(rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mendibel menjepit musuhnya,
biasannya gigitan tidak terlepas walaupun prajurit rayap akan mati.
3.
Kasta pekerja
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80%
populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya hanya
bekerja tampa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka
mencari makan dan mengangkutnya ke sarang, membuat trowongan-trowongan,
menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-elur,
dan membunuh dan memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karna
sakit,sudah tua atau juga mungkin karna malas), baik reproduktif, prajurit
maupun kasta pekerja sendiri.
Pengendalian :
Pengendalian rayap hingga saat ini masih mengandal kan insektisida kimia
(termisida), yang dapat di aplikasikan dengan beberapa cara yaitu melalui
penyemprotan, atau pencampuar termisida dalam bentuk serbuk atau granula dengan
tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon atau sistem perakaran tanaman yang
terserang atau dengan cara penyiraman di sekitar tanaman.
3.2.4 Kepik hijau
Ciri-ciri dan morfologi kepik hijau :
Serangga ini berwarna hijau, memiliki sepasang antenna, memiliki sepasang sayap yang berbentuk bangun segitiga, memiliki mata fasek, memiliki tiga pasang tungkai. Panjang kepik hijau sekitar 16 mm. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri-dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Siklus hidup: 4 – 8 minggu:
- Telur 5 – 7 hari
- Larva: 21 – 28 hari
Siklus hidup kepik hijau :
Imago (bakal
kepik) mulai datang dipertanaman sejak pembentukan bunga. Serangan hama ini
menyebabkan biji dan polong kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna
hitam, kulit biji keriput dan adanya bercak-bercak coklat pada kulit biji.
Periode kritis tanaman terhadap serangan kepik hijau adalah saat stadia
pengisian biji.
Gejala serangan dan
pengendalian:
1. Pada batang
terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik
2. Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
2. Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
Pengendalian;
Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.
Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,S.2010.Hama
dan Penyakit Tanaman: Pangan,Holtikultura,dan Perkebunan ....................Masalah dan Solusinya. Yogyakarta: Kanisius
Hasan, T. 1986.Rayap dan pemberantasannya.
Yayasan pembinaan watak dan ....................bangsa,
jakarta.
Soenandar M. 2010. Petunjuk Praktis Membuat
Pestisida Organik. Agro Media ....................Pustaka.Jakarta.
Nandika, et al. 2003. Rayap: biologi dan
pengendaliannya. Harun JP Ed. .....................Muhammadiyah
University Press,surakarta.
Wulandari, G. 2009. Bentar uji Toksisitas
Kitosan untuk mengendalikan rayap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar