Sabtu, 18 April 2015

PENGENALAN ORDO HEMIPTERA, THYSANOTERA, DAN ISOPTERA






PENGENALAN ORDO HEMIPTERA, THYSANOTERA, DAN ISOPTERA
( Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan )



Oleh
Ismail Pirdaus
1314121087


UNILA3









JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014



I.                   PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Menentukan  sebuah  hama atau bukan kita dapat melihat dari pengaruh hama tersebut terhadap responnya terhadap tanaman. Hama banyak diartikan adalah serangga tetapi apakah serangga dapat dipahami sebagai hama semua. Untuk mengetahui serangga yang benar-benar menjadi hama perlu dipahami spesimen-spesimen hama tersebut. Dalam hal ini pengenalan spesimen serangga diperlukan dalam pemahaman kajian sebuah hama. Spesimen yang akan dipahami dalam praktikum ini yaitu spesimen ordo hemiptera, isoptera danThysanoptera.

Hemiptera yang memiliki arti  Hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo ini  pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur ,nimfa , imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman. (Hidayat, 2000).

Selain serangga dari ordo hemiptera, serangga dari jenis isoptera dan thysomoptera. Pada ordo isoptera, kami memakai spesimen pada praktikum ini adalah Rayap, rayap merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup rayap  terdiri dari: Telur, nympa, dewasa
Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan serangga lainnya. Kemampuan ini karena rayap hidup dalam sebuah koloni yang mempu bertahan hidup lama. Dalam setiap koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta yang dinamai menurut fungsinya masing-masing:
- Kasta Pekerja
- Kasta Prajurit
- Kasta Reproduksi (Primer : Raja & Ratu dan Suplementer)

Thrips termasuk ordo Thysanoptera. Pada ordo  ini terdapat  ovipositor yang berfungsi untuk  menusuk  dan  meletakkan telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana atau setengah sempurna yaitu mulai dari telur  kemudian  nimfa atau thrips  muda  berwarna putih  atau  kuning  baru  setelah  itu menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua  sampai empat  instar (pergantian kulit).


1.2  Tujuan

Adapun pada Praktikum ini memliki tujuan sebagai berikut:
1.       Mengenal dan memahami tentang spesimen ordo hemiptera, isoptera dan Thysanoptera,
2.       Menggambar spesimen ordo hemiptera, isoptera dan Thysanoptera,
3.       Mengetahui status, morfologi, dan daur hidup spesimen ordo hemiptera, isoptera dan Thysanoptera, 










II.                METODOLOGI PERCOBAAN


2.1  Alat dan Bahan

Adapun alat yang di gunaka pada praktikum kai ini adalah : Pena, kertas, untuk menulis sup ordo dan acc, cawan petri (untuk meletakan serangga yang akan di amati)

Adapun bahan-bahan yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah : dari ordo hemiptera adalah: kepik hijau, assain bug, kutu sisik hijau, kepik air raksasa, aphid, ordo isoptera adalah: rayap, ordo thysanoptera adalah: thrips sp.

2.2 Tempat dan Waktu

Praktikum Bioekologi hama tumbuhan  dengan judul “Mengenal Ordo hemiptera, thysanoptera, dan isptera” dilaksanakan di Laboratorium hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada hari jum`at tanggal 24 Oktober 2014 pukul 07.30-09.30 WIB.

2.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari  praktikum kali ini adalah:
1.      Menyiapakn keenam spesimen di cawan petri yang akan di lakukan pengamatan 
2.      Di lakukan pengamatan terhadap serangga hama yang telah di siapkan
3.      Di deskripsikan sesuai dengan apa yang di lihat masing-masing mahasiswa yang melakukan pengamatan




III.             HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1  Hail pengamatan

Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah sebagai beikut:

No.
Nama
Foto
1









KepikHijau

Famili  : Pentatomidae
Spesies : Nezaraviridula
Kepik hijau.jpg
2









KepikPembunuh
(Assasin Bug)

Famili  : Reduviidae
Spesies :
Assasin bug.jpg

3









Tirips

Famili  : Thripidae
Spesies : Thripssp.
Thirip.jpg
4









Rayap

Famili  : Termitidae
Spesies :
Rayap atau laron.jpg
5









KutuHijau

Famili  : Coccidae
Spesies : Coccusviridis
Kutu sisik hijau.jpg


6









Kutu Aphid

Famili  : Aphididae
Spesies : Aphis sp.
Kutu aphis.jpg
7









Kepik Air Raksasa
(Water Giant Bug)

Famili  : Belostomitidae
Spesies :
Kepik aor raksasa.jpg


3.2  Pembahasan


Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan di labolatorium hama, di sini akan di bahs tentang siklus hidup, morfologi, ciri-ciri, dan pengendalian dari serangga-serangga yang termasuk dalam ordo yang di bahas pada praktikum ini.

3.2.1        Thrips

Morfologi :

Thrips dapat berkembang biak secara generati(kawin) maupun vegetative melalui  prose Phartenogenesis, misalny thrip yan mengalami  phartenogenesiadalaThrips tabaci  yanmenyerang tembakau. Perkembangbiakan  secarphartenogenesis akan menghasilkan serangga-serangga  jantan. Menuru Kalshove(1981) bahwa imago  betina Thrips dapatmeletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubastelur sekitar 7 hari.

Siklus hidup thrips:
·         Telur

Telu dari ham ini berbentu oval atau  bahkan  mirip  seperti ginjal pada manusia, imago betina akanmemasukkka n telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. Ukurantelurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam  jumlah yang besar, dengan rata-rata 80 butir tiap induk. Letak telur akan mudah diketahui dengamemperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah pelatakan oleh imago betina (Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).


·         Nimfa

Thrips muda atau nimfa akan berwarna putipucat atau pucat kekuningasampakepada berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana diamemperoleh makanan. Nimfa terdiri darempat instar, dan Instar pertama sudah mulai  menyerang  tanaman.  Sayap baruakan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari  Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).


Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.

Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan jerami di bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti.

·         Imago

Imago akan bergerak lebih cepat disbanding dengan    nimfanya, telah memiliki sayap yang ukurannya relative panjang dan sempit, imago ini  tubuhny berwarna kuning pucat sampakehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina  dapat  bertelur  sampai  80 butir yang diletakkannya  ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. ( Direktorat PerlindungaTanaman, 1992).

Gejala serangan:

Gejala yang terjadi adalah Pada permukaadaun akaterdapat bercak-bercak yang  berwarna putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka  daun akan memutih seluruhnya mirisepertwarnaperak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagiantanaman yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga serta buahcabai yang masih muda Setiadi, 2004 ).

Pengendalian :

Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat. Misalnya dengan Memasang perangkap perekat hama. Monitoring hama untuk menentukan Ambang Kendali.



3.2.2 Kutu Daun (Aphis sp)

Morfologi :

Berdasarkan hasil pengamatan, kutu daun (aphis) memiliki ciri morfologi yaitu berwarna putih, mempunyai caput, thorax, abdomen dan tungkai. Kutu putih  memiliki ciri morfologi yaitu alat mulut menusuk menghisap, ada yang tidak bersayap, dan ada yang bersayap, nimfa dan imago hidup bergerombol, warna umumnya hijau atau hijau kehitaman, dan kadang-kadang berwarna coklat. Kutu daun mengalami metamorphosis tidak sempurna yaitu telur, nimfa, dan imago. Pada fase nimfa, kutu daun mengalami ganti kulit (molting) sebelum menuju tahap imago (dewasa). 

·         Siklus hidup

Siklus hidup kutu daun (aphis) dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.

Gejala serangan:

Gejala yang ditimbulkan dari serangan kutu daun bervariasi tergantung jenis tanaman yang diserang. Serangan kutu daun umumnya dimulai dari permukaan daun bagian bawah, pucuk tanaman, kuncup bunga, dan batang muda. Dan kadang kali kutu daun juga dapat berperan sebagai vektor pembawa virus penyebab beberapa penyakit tanaman,( Agus,S.2010).

Pengendalian : 

Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa, serta membunuh langsung serangga yang ditemukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp. Pengendalian juga dapat melalui aplikasi insektisida, (Soenandar M. 2010).



3.2.3      Rayap

Morfologi :

Rayap yang di temukan di daerah tropis jumlah telurnya dapa mencapai kurang lebih 36000 sehari bila koloninya sudah berumur kurang lebih 5th. Bentuk telur rayap ada yang berupa butiran yang lepas dan ada pula yang berupa kelompok terdiri dari 16-24 butir telur yang melekat sau sama lain. Telur-telur ini berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5mm, (hasan,1986).

Siklus hidup rayap

·         Telur

Telur rayap akan menetas setelah berumur 8-11 hari. Dalam perkembangan hidupnya berada dalam lingkungan yang sebagian besar diaturdalam koloni dan terisolir dari pengaru nimfa sesua dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nmfa yang sedang tumbuh dapat di atur menjadi anggota kasta, yang di perlakukan bahwa nasib rayap dewasa siap terbang dapat di atur,(Borror,1996).

·         Nimfa
Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron,(Nandika,2003).

Struktur hidup rayap :
Rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam suatu koloni dengan pembagian tugas yang efisien. Suatu koloni rayap terdiri atas kasta reproduksi (jantan dan ratu) dan non reproduksi (kasta prajurit dan pekerja). Rayap kasta reproduksi berperan dalam pembentukan dan penyebaran koloni. Rayap kasta prajurit bertugas menjaga sarang dan anggota koloni dari hewan-hewan pengganggu. Rayap kasta pekerja bertugas dalam merawat telur dan nimfa, membuat dan memelihara sarang serta mencari dan memberi makan untuk seluruh anggota koloni (Krishna, 1969).
Kasta rayap terbagi menjadi 3 yaitu:
1.      Kasta reproduksi
Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu rayap betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang bertugas hanya utuk bertelur dan jantan(raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tidak sepenting ratu jika di bandingkan dengan lamanya ia bertugas karna sekali kawin, betina dapat menghasilkan ribuan telur, dan seperma dapat di simpan oleh betina dalam kantong khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak di perlukan kopulasi berulang-ulang. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehigga di sebut ratu (Putra, 1994).
2.      Kasta prajurit
 Kasta ini di tandai dengan bentuk tubuh yang kekar karna penebalan kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik diantara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makannan. Setiap ada gangguan dapat di teruskan melalui “suara” tertentu sehingga prajurit-prajurit begegas menuju sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika trowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semu, walaupun mereka umumnya kalah karna semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karna rayap biasannya di lengkapi dengan mendibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mendibel menjepit musuhnya, biasannya gigitan tidak terlepas walaupun prajurit rayap akan mati.
3.      Kasta pekerja
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80% populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya hanya bekerja tampa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makan dan mengangkutnya ke sarang, membuat trowongan-trowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-elur, dan membunuh dan memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karna sakit,sudah tua atau juga mungkin karna malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri.

Pengendalian :
Pengendalian rayap hingga saat ini masih mengandal kan insektisida kimia (termisida), yang dapat di aplikasikan dengan beberapa cara yaitu melalui penyemprotan, atau pencampuar termisida dalam bentuk serbuk atau granula dengan tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon atau sistem perakaran tanaman yang terserang atau dengan cara penyiraman di sekitar tanaman.

3.2.4 Kepik hijau

Ciri-ciri dan morfologi kepik hijau :

Serangga ini berwarna hijau, memiliki sepasang antenna, memiliki sepasang sayap yang berbentuk bangun segitiga, memiliki mata fasek, memiliki tiga pasang tungkai.
Panjang kepik hijau sekitar 16 mm. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri-dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Siklus hidup: 4 – 8 minggu:
- Telur 5 – 7 hari
- Larva: 21 – 28 hari


Siklus hidup kepik hijau :

Imago (bakal kepik) mulai datang dipertanaman sejak pembentukan bunga. Serangan hama ini menyebabkan biji dan polong kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam, kulit biji keriput dan adanya bercak-bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan kepik hijau adalah saat stadia pengisian biji.


Gejala serangan dan pengendalian:

1. Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik
2. Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.

Pengendalian;
Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.


































DAFTAR PUSTAKA


Agus,S.2010.Hama dan Penyakit Tanaman: Pangan,Holtikultura,dan Perkebunan ....................Masalah dan Solusinya. Yogyakarta: Kanisius

Hasan, T. 1986.Rayap dan pemberantasannya. Yayasan pembinaan watak dan ....................bangsa, jakarta.

Soenandar M. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Agro Media ....................Pustaka.Jakarta.

Nandika, et al. 2003. Rayap: biologi dan pengendaliannya. Harun JP Ed. .....................Muhammadiyah University Press,surakarta.

Wulandari, G. 2009. Bentar uji Toksisitas Kitosan untuk mengendalikan rayap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar